Minggu, 31 Agustus 2014

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA KULIAH FILSAFAT BAHASA (Penelitian Tindakan Kelas di STKIP PGRI PACITAN) Agoes Hendriyanto, S.P., M. Pd / Nimas P, M.Pd PBSI STKIP PGRI Pacitan

PENINGKATAN NILAI-NILAI KARAKTER MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA KULIAH FILSAFAT BAHASA
(Penelitian Tindakan Kelas di STKIP PGRI PACITAN)
Agoes Hendriyanto, S.P., M. Pd / Nimas P, M.Pd
PBSI STKIP PGRI Pacitan
Abstrak
Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan salah, tetapi menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, merasakan, menghayati, dan mengamalkan.
Hasil penelitian didapatkan: 1) Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa dapat dilihat dari hasil pre test sebesar 2.33 dengan hasil akhir sebesar 2.8; 2) Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara mendalam dan sistematis mengenai bahasa dapat dilihat dari meningkatnya hasil pre test 2.33 menjadi 2.8 pada nilai akhir; dan 3) Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Kualitas Pembelajaran terlihat dari hasil angket tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap dosen dengan capaian sebesar 71 %.
Kata Kunci: Kooperatif Snowball Throwing, Media Gambar, karakter
Abstract
Character Education don’t teach to good and wrong, but to grow habituation a good so student can understanding, feeling, analisis, and realized.
Examination Result used: 1) Learning Kooperatif Snowball Throwing and used picture media can to ascend students character to see pretest output 2.33 to 2.8, 2) Learning kooperatif Snowball Throwing and used picture media can to ascend ability thinking depth and sistematic to ascend tis to language can to see ascend out put pre test 2.33 to 2.8 , 3) learning kooperatif Snowball Throwing and used picture media can to ascend education quality visible output angket satisfied students to teacher mighty 71%.
Keywords: Kooperatif Snowball Throwing, Picture Media, Character

PENDAHULUAN
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijabarkan dalam Undang-undang SISDIKNAS pasal 3 mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang mengarah kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan sejarah pengembangan karakter telah lama menjadi suatu tujuan kritis yang lebih diutamakan dalam dunia pendidikan (Berkowitz & Fekula, 1999). Menurut (Chickering, 2006) berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah bagaimana menumbuhkan nilai-nilai karakter. Dalam buku Assessing character outcomes in college (Dalton, Russell & Kline, 2004) dalam lembaga pendidikan yang menjadi tujuan utama yaitu penanaman nilai-nilai karakter. Para ahli percaya bahwa pendidikan itu sendiri adalah usaha bermoral dengan satu tujuan utama yaitu mengembangkan kebajikan pada siswa atau peserta didik (Balmert&Ezzell, 2002). Ahli yang sama juga menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan suatu lembaga dengan niat yang mulia dalam rangka mengembangkan karakter mulia (Berkowitz, 2002). Karakter mulia sama dengan istilah "kebajikan" yang didefinisikan sebagai perwujudan dari moralitas yang tinggi dan kejujuran ( Fischer & Bidell , 2006). Kebajikan tersebut sebagai akibat yang didasarkan kepada tradisi filsafat dan agama (Nussbaum, 1996). Kebajikan menurut (Rizvi , 2006; Thornburg, 2000), berfungsi sabagai salah satu elemen terpenting yang dapat menjabarkan dan memperkuat karakter. Lebih jauh karakter mempunyai dua komponen utama yaitu karakter baik dan buruk (Walberg&Wynne , 1989). Berdasarkan pendapat di atas moralitas yang didasari oleh nilai agama yang mengandung aspek-aspek kebajikan yang mendorong untuk pembentukan karakter yang baik. Dengan demikian pendidikan agama yang ditanamkan baik di lingkungan keluarga dan masyarakat sekarang ini sangatlah mengkawatirkan bagi pengembangan karakter mulia. Budaya hedonisme, konsumerisme, dan pragmatisme menjadi roh sebagian besar masyarakat Indonesia yang sangat mempengaruhi proses pembentukan kecerdasan manusia. Kecerdasan manusia secara operasional dapat digambarkan melalui tiga dimensi, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kecerdasan tersebut diperoleh dari proses pembelajaran di lembaga informal. Berdasarkan fakta di lapangan pelaksanaan pembelajaran masih diarahkan kepada pencerdasan yang bersifat kognitif, hal ini bisa kita lihat di sekolah-sekolah umum. Menurut pendapat (Huitt, 1996), pembelajaran yang dilakukan dalam mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik harus meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Selain itu pelaksanaan pembelajaran dan layanan pendidikan harus menggunakan pendekatan belajar berbasis karakter, yang selalu melakukan suatu perubahan dalam pembelajaran yang berbasis karakter yang meliputi aspek kognitif, afektif, adanya motifasi, dan psikomotorik yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan karakter siswa yang terbuka dalam menerima setiap pengembangan pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam rangka pembangunan karakter ( Huitt, 2004). Selain itu juga sangat perlu sekali membuat suatu bentuk pembelajaran karakter dengan menggunakan metode pengajaran yang inovatif dan kreatif untuk mencapai hasil pembangunan karakter. Pencapaian pengembangan karakter bukan hanya tugas dari pendidik tetapi masyarakat akan merasa mempunyai tanggung jawab dalam pencapaian; akademik kompetensi dan pengembangan karakter (Wynne & Walberg, 1985).
Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai-nilai karakter mahasiswa. Sementara itu karakter mahasiswa khususnya di STKIP PGRI Pacitan masih sangat rendah, yang tercermin pada saat proses belajar mengajar berlangsung mahasiswa banyak yang hanya datang, duduk, pulang, serta masih rendahnya minat baca mahasiswa dengan masih rendahnya kunjungan keperpustakaan, dan tingkah laku mahasiswa di luar kampus masih banyak yang tidak mencerminkan seorang mahasiswa. Untuk itu peneliti sangat tertarik untuk meningkatkan karakter mahasiswa khususnya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia melalui pembelajaran dan media gambaryang inovatif. Kondisi ini tercermin dari hasil skor rata-rata pre test mahasiswa semester dua PBSI STKIP PGRI Pacitan sebesar 2.33 masih di bawah standar yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif Snowball Throwing merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menekankan adanya unsur-unsur kerjasama dalam melatih kemampuan menyimak, menulis, membaca, dan berbicara mahasiswa terutama dalam kelompok, dan mempunyai tujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam kelompok mahasiswa khususnya peningkatan nilai karakter yang akan berpengaruh terhadap nilai akhir.
Selain faktor tersebut di atas peran media pembelajaran sangat penting sebagai alat bantu untuk mensukseskan pengajaran. Pembuatan media pembelajaran yang murah, dan efektif serta tidak menghabiskan waktu dalam pembelajaran perlu sekali dikembangkan dalam rangka untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan media gambar dalam rangka penyajian dari pengajaran lebih menarik, lebih standar, lebih interaktif, dan meningkatkan sifat yang positif bagi peserta didik.
Rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa meningkatkan kemampuan berpikir secara mendalam dan sistematis dalam Mata kuliah Filsafat Bahasa Tingkat I semester genap di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Pacitan; (2) Apakah Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Kualitas Pembelajaran dalam Mata kuliah Filsafat Bahasa Tingkat I semester genap di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Pacitan.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5). Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1987: 214). Berdasarkan arti kata seperti yang disebutkan di atas bahwa karakter adalah mengukir, melukis, memahatkan, bahkan menggoreskan sesuatu yang bersifat abstrak kepada diri seseorang harus dilakukan oleh seorang yang benar-benar profesional. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter
juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).
Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir (Koesoema, 2007: 80). Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona. Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Sebuah kepercayaan didapatkan dengan merespon setiap persoalan yang dihadapinya dengan moral yang baik. Sangatlah jelas bahwa moral yang baik akan menjadikan kita menjadi orang yang dipercaya dalam setiap waktu dan tempat tertentu.
Selanjutnya Lickona menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior” (Lickona, 1991: 51). Berdasarkan pendapat dari Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
Dengan demikian pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Pendidikan karakter harus ditempatkan pada porsi yang sama dengan pendidikan pengetahuan. Karena merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, dan mempunyai hubungan sebab akibat.
Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kooperatif yang dapat digunakan untuk peningkatan karakter mahasiswa. Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir. dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok (Falmer, 1999:10).
Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa, Model Pembelajaran Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Model Pembelajaran Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pembelajaran ini adalah melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan dan kekurangannya yaitu pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa dan kurang efektif (Suyatno, 1998:97).
Secara rinci langkah-langkah penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing ini menurut Suprijono (2009:128) dapat diuraikan sebagai berikut; a) guru menyampaikan kompetensi dasar/materi pokok yang akan dipelajari; b) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberi penjelasan mengenai bahan ajar dan langkah-langkah melaksanakan tugas kelompoknya; c) kemudian masing-masing mahasiswa diberi satu lembar kertas untuk menuliskan sebuah pertanyaan yang menyangkut bahan ajar yang sudah dipelajari oleh ketua kelompoknya; d) lalu kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu mahasiswa ke mahasiswa lain selama 15 menit; e) setelah mahasiswa mendapat sebuah bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; f) dosen dan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran; g) refleksi dan evaluasi.
Menurut Heinich, et al. dalam Hamzah (2007: 118) media gambar termasuk di dalam media grafis. Media gambar ini memerlukan kecermatan dan perhatian khusus, karena visualisasi dari sebagian media ini bersifat simbolik tidak menampilkan gambaran secara utuh. Dengan demikian media gambar ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga keberadaannya harus mewakili materi pelajaran yang akan dipresentasikan kepada mahasiswa. Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran.
Menurut Hamzah (2007: 116) kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran,yang berlaku baik jenis media yang canggih dan mahal, maupun yang sederhana dan murah. Berdasarkan asal-usul kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medium yang secara harfiahnya berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Kata “tengah” itu sendiri berarti berada di antara dua sisi. Karena posisinya berada di tengah, ia bisa juga disebut sebagai perantara atau penghubung, yakni yang mengantarkan, menghubungkan, atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya (Munadi, 2008:6).
Media gambar juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena media gambar sangat efektif digunakan oleh pengajar dalam mengajarkan Bahasa Indonesia khususnya mengembangkan kemampuan berbahasa seperti menyimak, berbicara, dan menulis. Selain itu, dikatakan penting sebab ia dapat mengganti kata verbal, mengonkretkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Media gambar dapat membuat kita menangkap ide atau informasi yangt terkandung di dalamnya degan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan kata-kata. Akan tetapi, karena setiap orang merasa mudah untuk memperoleh gambar, ia menganggapnya sebagai “hal yang biasa” atau “terlalu biasa. sehingga melupakan manfaatnya (Munadi, 2008:89).
Agar penggunaan media gambar dapat maksimal, guru dalam memilih gambar haruslah mengetahui kriteria dasar media gambar yang baik. Kriteria dasar dalam memilih gambar yang baik adalah sebagai berikut; 1) keaslian gambar, yakni gambar bisa menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya, 2) kesederhanaan, yakni gambar yang tidak membuat siswa menjadi bingung dan tidak tertarik dengan gambar tersebut (Sardiman dalam Prajatama, 2006:27).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan media yang berbentuk gambar dan dalam pemilihannya mengutamakan keaslian dan kesederhanaan gambar, agar dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreativitas dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi.
METODOLOGI PENELITIAN 
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di tingkat satu semester genap, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pacitan. Subjek dalam penelitian ini ialah mahasiswa tingkat I semester genap kelas B, STKIP PGRI Pacitan tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 30 anak. Penelitian menggunakan 2 siklus yang tiap siklus 4 kali pertemuan dengan rincian 3 kali pertemuan materi filsafat bahasa dan 1 pertemuan evaluasi. Adapun prosedur penelitian tiap siklus meliputi (1) penyusunan rencana tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2002:112). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara, observasi, tes angket kepribadian, tes lisan, tes tulis, dan analisis dokumen dari nilai pada semester satu matakuliah Filsafat. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua teknik. Dua teknik tersebut ialah triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Analisis data dapat dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis
Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan penggunaan media gambar dapat meningkatkan nilai akhir matakuliah filsafat bahasa. Besaran kenaikannya pada nilai akhir matakuliah filsafat bahasa jumlah mahasiswa yang mencapai nilai di atas standar yang telah disepakati pada awal perkuliahan sebesar 60%. Jika dibandingkan dengan nilai pre-test terjadi peningkatan sebesar 33.3 %. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa faktor penyebab masih 30 % mahasiswa yang dibawah standar selain mahasiswa tersebut masih semester dua yang masih kental dengan budaya pembelajaran di Sekolah Menengah Atas atau Sekolah menengah Kejuruan, bahkan Madrasah Aliyah, faktor lainnya sebagi berikut: 1) niatnya menjadi mahasiswa hanya sebatas mencari gengsi; 2) mereka kuliah sambil bekerja sehingga selain dia harus mencari ilmu kewajiban lainnya bagaimana mencari uang untuk keperluan sehari-harinya; dan 3) faktor bawaan dalam hal ini tingkat kecerdasannya yang rendah.
PEMBAHASAN PENELITIAN 
Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter dan Kemampuan Berpikir Secara Mendalam Dan Sistematis
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam memahami, menghayati, menganalisa, serta menerapkan penggunaan bahasa
maka diterapkan pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa khususnya terhadap fungsi bahasa. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan selama siklus 1 dan 2 terdapat peningkatan khususnya aspek membaca, berbicara, menulis serta karakter mahasiswa. Model Pembelajaran Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena mahasiswa melakukan berbagai kegiatan yang meliputi: berpikir, menganalisis, membaca, menulis, bertanya, dan berbicara. Sehingga pembelajaran ini sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dalam matakuliah Filsafat bahasa yang meliputi peningkatan kemampuan membaca, berbicara, dan menulis yang berdasarkan analisis mendalam terhadap objek berupa kata, kalimat maupun wacana. Penelitian PTK ini dilakukan dalam 2 siklus, tiap siklus selalu dilakukan perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi baik aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya yang sangat tergantung pada situasi dan kondisi pembelajaran di ruang kuliah. Pada siklus pertama, pada pertemuan pertama mahasiswa kita sodori kontrak perkuliahan, yang meliputi pembelajarannya, materi kuliah, penilaian. Adapun komponen penilaian yang akan digunakan meliputi penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang waktunya sangat tergantung pada situasi pembelajaran. Pada pertemuan pertama ini kita mencoba penggunaan pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dengan melakukan pembagian kelompok yang berdasarkan hasil pre test yang pada akhir pembelajaran ini akan dilakukan. Selain itu untuk memperlancar proses perkuliahan maka setiap kelompok harus memiliki materi perkuliahan baik dengan membeli buku filsafat bahasa ataupun usaha lainnya tanpa harus meggandakan dengan fotocopy. Mahasiswa kita kelompokkan menjadi 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 mahasiswa, yang masing-masing telah kita bagi materi sebelum perkuliahan berakhir, yang menjadi tugas kelompok. Pada siklus pertama ini aspek yang dinilai meliputi: 1) aspek afektif mahasiswa yang meliputi absensi, kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, menghargai karya dan pendapat orang lain; 2) aspek kognitif yaitu; berupa kemampuan berbicara, membaca; dan 3) aspek psikomotorik berrupa hasil simpulan dari setiap jawaban mahasiswa yang ditulis di buku kelompok. Pada siklus 2 pada prinsipnya sama dengan siklus 1 yang berbeda hanya pada materi yang dibahas dan dianalisis. Evaluasi kemampuan berbicara pada siklus 1 secara individu dilaksanakan mulai pertemuan kedua dengan melakukan pengamatan satu persatu mahasiswa pada akhir pembelajaran didapatkan skor rata-rata mahasiswa 1.77 masih sangat rendah. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara diterapkan pembelajaran KST (Kooperatif Snowball Throwing) dengan bantuan media gambar. Untuk aspek kedisiplinan dilakukan absensi pada awal dan akhir perkuliahan dan tingkat kehadiran mahasiswa pada siklus pertama selama 4 kali pertemuan rata-rata tiap kali pertemuan 3 mahasiswa yang tidak hadir. Evaluasi kemampuan berbicara pada siklus 2 secara kelompok dan perorangan dilaksanakan mulai pertemuan ke lima sampai ke delapan dengan
melakukan pengamatan satu persatu mahasiswa. Pada akhir siklus kedua didapatkan skor rata-rata kemampuan berbicara mahasiswa 2.18 terjadi peningkatan sebesar 0.41 dibandingkan dengan siklus I. Karena telah terjadi peningkatan berbicara mahasiswa maka pada siklus pertama untuk lebih memanfaatkan waktu pada siklus II diberikan tugas untuk membuat artikel ilmiah dengan tema Karakter dan bahasa. Maksudnya memberikan ruang untuk menganalisa secara mendalam terhadap tema yang dipilih dengan terlebih dahulu melihat gambar yang telah diberikan dosen. Peran dari media gambar visual sangat berperan untuk memberikan suatu daya pikir mahasiswa sehingga akan terpacu untuk membuat tulisan yang berbentuk artikel dengan tema bahasa. Media gambar sebagai perantara materi perkuliahan dengan tujuan akhir pembelajaran. Media digunakan untuk menganalisa tema berdasarkan gambar, sehingga akan mempermudah menuangkan ide atau gagasan kedalam bahasa tulis dan lisan. Untuk bahasa tulis yaitu dengan pembuatan artikel dengan judul dan tema yang didapatkan dari lemparan kelompok lainnya. Kemudian judul tersebut harus segera dikonsultasikan kepada dosen untuk menyempurnakannya. Pembuatan artikel dengan waktu 4 kali pertemuan mahasiswa dapat konsultasi dengan dosen secara langsung. Adapun pada akhir siklus II ini dilakukan evaluasi kinerja mahasiswa yang berupa tulisan artikel yang didapatkan skor rata-rata 3.13. Dengan demikian dengan peningkatan kompetensi menulis yang dapat dilihat dari hasil skor yang di atas nilai 3 atau B, jika dibandingkan dengan skor rata-rata siklus I dengan skor 2.4 terjadi peningkatan sebesar 0.73. Penekanan penilaian pada kemampuan berbicara secara berkelompok mempunyai alasan bahwa kompetensi berbicara di dalamnya mengandung aspek karakter seperti: Kejujuran dan Kedisiplinan, Tanggung Jawab, kepedulian, kerjasama, kemandirian, menghargai pendapat orang lain. Seorang yang mempunyai kemampuan berbicara yang baik yang mampu untuk melihat situasi dan kondisi pada umumnya memiliki sifat: 1) kejujuran dan kedisiplinan,2) tanggung jawab, 2) kepedulian, 3) kerjasama, 4) kemandirian, 5) menghargai pendapat orang lain, 6) keberanian, 7) kreatifitas, dan 8) nilai-nlai religius Untuk hasil evaluasi kemampuan membaca dan menyimak pada siklus I skor mahasiswa sebesar 2.13 dan pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan membaca sebesar 0.67 dengan skor nilai mahasiswa sebesar 2.9. Pada dasarnya peningkatan kemampuan berbahasa yang lebih menekankan kepada fungsinya secara otomatis akan menganding nilai-nilai karakter seperti: Kejujuran dan Kedisiplinan, Tanggung Jawab kerjasama, kemandirian, dan kreatifitas. Dalam hal ini pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana yang salah maupun yang benar tetapi lebih pada penanaman kebiasaan yang baik sehingga mahasiswa kan memahami adanya suatu kebaikan dan kebenaran yang dengan kesadarannya akan mewujudkannya dalam setiap kegiatannya. Dalam pembelajaran ini penanaman nilai karakter yaitu dengan pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing yang ditunjang dengan media gambar untuk lebih menguatkan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai kebaikan yang didapatkannya dengan menganalisa suatu bentuk gambar.
Jika kita melihat pada skor pre test mahasiswa yang merupakan hasil dari penjumlahan nilai Tugas, Mid Semester dan Ujian Semester didapatkan skor nilai sebesar 2.33 dengan skor: A= nilainya 4, B=nilainya 3, C = nilainya 2, dan D = nilainya 1. Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 dilakukan suatu bentuk evaluasi tugas individu maupun kelompok berdasarkan ketiga aspek berbahasa. Pada akhir siklus I dilakukan mid semester dengan mendapatkan skor mid test rata-rata sebesar 3.03. Pada akhir siklus II dilakukan Ujian Terakhir yang biasanya soalnya lebih sulit hal ini dibuktikan dengan hasil skor rata-ratanya 2.97. Berdasarkan aturan formalitas dalam penilaian akhir yang merupakan gabungan dari nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik maka didapatkan rumus untuk penilaian akhir (40 X (9 kali penilaian afektif /psikomotorik/ 9)) + (30 X Mid Test) + (30 X Ujian Akhir))/ 100 = (2,6 X 40) + (3.03 X 30) + (2.97 X 30) / 100 maka didapatkan skor 2.80. jika dibandingkan dengan pre test dengan skor 2.33 terjadi peningkatan sekitar 0,47. Selain penilaian di atas maka pada akhir pembelajaran juga kami lakukan tes angket sikap dan karakter mahasiswa yang meliputi tujuh komponen sikap dan karakter mahasiswa yang meliputi : 1) tanggung jawab, 2) kepeduliaan dan kejujuran, 3) Kedisiplinan dan kerjasama , 4) kemandirian, 5) kreatifitas, 6) menghadapi pendapat orang lain, 7) cinta tanah air, dan 8) religiusitas didapatkan skor rata144. Jika dibagi dengan jumlah tes angket 45 akan di dapatkan 3.2. Untuk skor 3.2 terletak pada skor sikap cukup baik di bawah skor sikap yang tertinggi (1 = Sangat Tidak baik, 2 = Tidak Baik, 3 = Baik, dan 4 = Sangat Baik). Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter mahasiswa sangat tinggi. Peningkatkan Kualitas Pembelajaran dalam Mata kuliah Filsafat Bahasa Tingkat I semester genap di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Pacitan. Berdasarkan nilai rata-rata angket pembelajaran Dosen dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar yang dilakukan oleh mahasiswa didapatkan nilai skor 71 % bahwa pembelajaran dosen kreatif, inovatif dan efektif. Adapun aspek angket tanggapan mahasiswa terhadap kinerja dosen dalam pembelajaran meliputi: kemampuan dalam mengajar menarik dan simpatik, kemampuan dalam pengusaan kelas baik, tugas yang diberikan sangat diperlukan dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa, selalu melibatkan mahasiswa dalam setiap pembelajaran, pelaksanakan penilaian secara adil dan baik, selalu memberikan bimbingan pada mahasiswa dengan baik, memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran, memberikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, memberikan tugas yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa, selalu tepat waktu dalam mlaksanakan pembelajaran, selalu menanamkan sikap bahwa sebelum menilai kelemahan seseorang nilailah diri kita sendiri, mengingatkan akan pentingnya sikap religiusitas kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengingatkan kepada mahasiswa tentang pentingnya suatu kemandirian dalam menghadapi era globalisasi, selalu memotivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya soft skill yaitu kemampuan berbahasa dan matematika, selalu mengingatkan arti pentingnya suatu kerjasama dalam setiap kegiatan, selalu mengajarkan tentang analisis setiap bahasa baik tulis maupun lisan sebagai acuan dalam bertidak, selalu menghubungkan antara materi dengan kenyataan di lapangan, selalu mengajak mahasiswa untuk selalu mandiri sehingga bisa menjadi seorang wiraswasta, dan selalu memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk berekpresi di dalam kelas. Adapun yang menjadi catatan mahasiswa kepada dosen untuk memperbaiki pembelajaran pada perkuliahan semester yang akan datang adalah dosen harus selalu memperhatikan mahasiswa yang belum menguasai materi, penguasaan bahan atau materi ajar dosen harus lebih difokuskan dan ditingkatkan. Kemampuan personal seorang dosen sangat dibutuhkan dalam rangka untuk menyebarluaskan ide, gagasan, dan nilai yang dimilikinya menggunakan bahasa kepada mahasiswa. Dosen mampu untuk memberikan contoh keteladanan dalam aspek berbahasa, bukan hanya menunjukkan contoh. Seorang dosen harus mempunyai karya tulis yang berupa buku atau karya ilmiah yang dipublikasikan, dan kemampuan berbicaranya yang baik yang mencerminkan ide, sikap, dan nilai-nilai karakter. Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan penggunaan media gambar mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan semakin meningkatnya nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa yang ditunjukkan pada nilai akhir filsafat bahasa sebesar 2.8 yang meningkat jika dibandingkan dengan hasil pre test sebesar 2.33. 
SIMPULAN 
a. Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa hal ini bisa kita lihat terjadi peningkatan skor rata-rata pada pre test sebesar 2.33, dan hasil nilai akhir 2.80 
b. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan kemempuan berpikir secara mendalam dan sistematis dapat dilihat terjadi peningkatan skor rata-rata pada pre test sebesar 2.33, dan hasil akhir 2.80.
 c. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Kualitas Pembelajaran hal ini dapat dari angket tanggapan terhadap mahasiswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dosen sangat baik. d. Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing mengandung nilai-nilai sikap, karakter seperti: kerjasama, suka menolong, menghargai pendapat orang lain, tanggung jawab, kreatif, kemandirian, jujur, dan keberanian.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
Balmert, M.E., & Ezzell, M.H. (2002). Leading learning by assuring distance instructional technology is an ethical enterprise. Paper presented at the annual conference of the Adult Higher Education Alliance, Pittsburgh, PA.
Berkowitz, M.W., & Fekula, M.J. (1999). Educating for character. About Campus, 4(5), 17–22.
Berkowitz, M.W. (2002). The science of character education. In W. Damon (Ed.), Bringing in a new era in character education ( pp. 43–63). Stanford, CA: Hoover Press.
Chickering, A.W. (2006). Authenticity and spirituality in higher education: My orientation. Journal of College and Character, 7(1). Retrieved from http://www.collegevalues.org/pdfs/Authenticity%20and%20Spirituality .pdf 16 J. Fox, K. Jones, K. Machtmes, M. Cater
Dalton, J.C., Russell, T.R., & Kline, S. (Eds.) (2004). Assessing character outcomes in college. San Francisco: Jossey-Bass.
Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. (1987). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
Gramedia. Cet. XV.
Farmer, S. J. Jesley. 1999. Cooperative Learning Activities in the Library Media
Center. Englewood, Colo : Libraries Unlimited/Teacher Ideas Press
Fischer, K. W., & Bidell, T. R. (2006). Dynamic development of action, thought and emotion. In R. M. Lerner (Ed.), Handbook of Child Psychology. Vol. 1. Theoretical models of human development (6th ed.). New York, NY: Wiley.
Hamzah, Uno. 2007. Profesi Kependidikaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Huitt, W. (2004). Moral and character development. Education Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrieved from http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/morchr/morchr.html
Lexy J. Moeloeng. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books
Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.
Nussbaum, M. (1996). Patriotism and cosmopolitanism. In M. Nussbaum & J. Cohen (Eds.), For the love of country: Debating the limits of patriotism. Cambridge, MA: Beacon Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori&Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Suyatno, 1998. Menjelajar Pembelajaran Inovatif. Jakarta:Rineka Cipta.
Thornburg, R. W. (2000). What do we mean by virtue? Journal of Education, 182(2), 1-9.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Press.
Wynne, E., & Walberg, H. (1985). The complementary goals of character development and academic excellence. Educational Leadership, 43(4), 15-18.
Y. Munadi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gaung Persada Perss.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar