Minggu, 31 Agustus 2014

MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DAN MODUL MATA KULIAH FILSAFAT BAHASA

USULAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DAN MODUL MATA KULIAH FILSAFAT BAHASA
TIM PENGUSUL
Ketua:
Drs. Sugeng Suryanto, M.Pd
NIDN: 070025602
Anggota:
Agoes Hendriyanto, S. P., M.Pd.
NIDN: 0719017103
Nimas Permata Putri, M.Pd
NIDN: 0704078801
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI PACITAN
APRIL 2014
722 / Pendidikan Matematika
Pendidikan
.
RINGKASAN
Pengembangan Model Pembelajaran Scientific Yang Berbasis Pendidikan Karakter Dan Modul Mata Kuliah Filsafat Bahasa (Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan)
Penelitian Pengembangan dilaksanakan selama 2 tahun untuk tahun pertama tahap pengamatan, perencanaan, dan pelaksanaan pengembangan model Scientific dan Modul Filsafat bahasa menjadi draf. Untuk tahun kedua tahap analisis dan uji model dan modul terbatas dan luas dengan eksperimen. Kompetensi Mahasiswa Dalam Matakuliah Filsafat Bahasa. Tujuan penelitian pengembangan model pembelajaran scientific dapat mengubah miskonsepsi mahasiswa menuju menuju konsep ilmiah dan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam matakuliah filsafat bahasa. Pengembangan model pembelajaran scientific dapat mengubah miskonsepsi mahasiswa menuju konsep ilmiah dan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam matakuliah filsafat bahasa.
Pengembangkan Modul Filsafat bahasa yang telah terintegrasi dengan pendidikan karakter dan model Scientific yang merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran Filsafat bahasa. Dengan pembelajaran yang bermodul secara efektif dapat mengubah konsepsi mahasiswa menuju konsep ilmiah sehingga akan sejalan dengan metode Scientific. Pembelajaran scientific diharapkan akan memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa untuk memecahkan semua persoalan yang ada dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan Scientific atau pendekatan ilmiah langkah-langkahnya: adanya persoalan atau masalah, observasi jika ada yang tidak tahu kita tanyakan, kemudian analisis dengan teori yang relevan atau proses penalaran, kemudian baru disimpulkan dalam bentuk tulisan yang selanjutnya dipresentasikan.
Dengan demikian penelitian dan pengembangan model scientific dan modul Filsafat Bahasa akan meningkatkan mutu lulusan Pendidikan Bahasa Indonesia menjadi lulusan yang mandiri, inovatif, kreatif, berbudi luhur, dan mampu berkompetisi.
Kata kunci: Scientific, Filsafat Bahasa, Modul

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban, dan berbasis pada kompetensi. Mahasiswa dicetak menjadi manusia yang mandiri, berdikari, kreatif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penekanan pembelajaran pada aspek pengetahuan (kognitif), sikap (Afektif) dan keterampilan (skill). Ketiga kemampuan tersebut sangat dibutuhkan dalam era globalisasi yang butuh seorang yang mampu untuk menjawab segala persoalan dengan langkah yang bijaksana berdasarkan ketiga kemampuan tersebut. Lulusan sarjana harus memiliki ketiga aspek pengetahuan dalam rangka mencari jatidiri baik di lembaga formal maupun non-formal.
Matakuliah filsafat bahasa merupakan matakuliah yang didalamnya mengajarkan pada mahasiswa untuk mengkaji persoalan secara mendalam berdasarkan analisis data, fakta, dan pendapat ahli yang akan diwujudkan dalam bentuk jawaban dari suatu masalah. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 dimana proses pembelajaran memiliki karakteristik adanya pendekatan scientific melalui proses: 1) mengamati; 2) mencoba; 3) menanya; 4) menalar; dan 5) menempatkan ilmu pengetahuan sebagai motor dari pembelajaran.
Selain itu juga masih kurangnya Modul Filsafat Bahasa yang sangat identik dengan analisis yang mendalam terhadap bahasa yang berbasis pendidikan karakter. Untuk itu penulis yang selama ini menggunakan buku Filsafat Bahasa penerbit Yuma Pustaka Surakarta karangan Agoes Hendriyanto tahun 2013 masih terdapat kekurangan khususnya belum disesuaikan dengan kurikulum 2013 yang berdasarkan model Scientific dan pendidikan karakter.
Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul „Pengembangan Model Pembelajaran Scientific yang Berbasis Pendidikan Karakter dan Modul Matakuliah Filsafat Bahasa (Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan)” kami ajukan untuk Penelitian Hibah Bersaing tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah Dengan Pengembangan Modul Filsafat Bahasa Dapat Mengubah Miskonsepsi Mahasiswa Menuju Konsep Ilmiah Dan Dapat Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Dalam Matakuliah Filsafat Bahasa?
2. Apakah Dengan Pengembangan Model Pembelajaran Scientific Dapat Mengubah Miskonsepsi Mahasiswa Menuju Konsep Ilmiah Dan Dapat Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Dalam Matakuliah Filsafat Bahasa ?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Pengembangan Modul Filsafat Bahasa Dapat Mengubah Miskonsepsi Mahasiswa Menuju Konsep Ilmiah Dan Dapat Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Dalam Matakuliah Filsafat Bahasa.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Scientific Dapat Mengubah Miskonsepsi Mahasiswa Menuju Konsep Ilmiah Dan Dapat Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Dalam Matakuliah Filsafat Bahasa.

1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, diharapkan hasil dari Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.
Memperkaya khazanah keilmuan dan Pembelajaran Scientific merupakan pembelajaran yang dapat diharapkan akan memberikan suatu jawaban terhadap rendahnya kualitas Sumberdaya Indonesia walaupun dari segi kuantitas banyak sekali lulusan sarjana, jumlah putus sekolah sangat rendah namun belum diimbangi dengan kualitas yang dalam kenyataannya untuk mengejar kuantitas para pengambil kebijakan pendidikan mengalahkan kualitas.
Selain itu penelitian pengembangan ini dapat menghasilkan Modul Matakuliah Filsafat Bahasa yang sangat berguna bagi Dosen dan Mahasiswa yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya kualitas lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra STKIP PGRI Pacitan yang mampu untuk berkompetisi
sehingga akan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, negara, masyarakat, dan agama.

1.5. Luaran Penelitian
Luaran Penelitian internal STKIP dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Scientific yang Berbasis Karakter dan Modul pada Matakuliah Filsafat Bahasa” adalah:
a. Luaran Tahunan Berupa: Artikel Ilmiah Prosiding Nasional Laporan kemajuan Tahun Pertama Dan Kedua; Jurnal Ilmiah Laporan Kemajuan Tahun Pertama Dan Kedua; Artikel Ilmiah Prosiding Nasional Laporan Akhir pada tahun Ketiga; Jurnal Ilmiah Laporan Akhir tahun ketiga
b. Luaran Akhir berupa: Modul Filsafat bahasa; Model Scientific

1.6. Kontribusi Pada Pembangunan Dan Pengembangan Ipteks-Sosbud Inovasi Terbaru
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pembangunan dan pengembangan Metode Pembelajaran Yang inovatif khususnya untuk Matakuliah Filsafat Bahasa yang didalamnya terintegrasi tiga aspek Kemampuan bahasa yaitu: kemampuan Membaca, menulis, dan Berbicara. Penelitian Pengembangan ini diharapkan mampu untuk mengembangkan Model Scientific sehingga mudah untuk diimplementasikan pada matakuliah Filsafat Bahasa, membaca, menulis, dan berbicara yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki khususnya untuk Program Studi Bahasa Indonesia. Selain itu pembelajaran Scientific ini dapat dipergunakan untuk matakuliah Umum bahasa Indonesia yang terdapat dalam semua program studi.
Dalam penelitian pengembangan ini diharapkan hasil akhirnya berupa Modul Filsafat Bahasa bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang akan menghasilkan kualitas lulusan yang tinggi khususnya mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia umumnya bagi matakuliah lainnya yang nantinya berkontribusi dalam penciptaan lulusan yang mempunyai kompetensi yang tinggi dalam bidang bahasa baik bahasa verbal maupun non verbal.

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Model Pembelajaran Scientific
Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abadke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008: 31).
Menurut Permen No.65 Tahun 2013) sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Untuk memperkuat pendekatan scientific diperlukan adanya penalaran dan sikap kritis siswa dalam rangka pencarian (penemuan). Agar dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan eksperimen, kemuadian memformulasi dan menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang dibicarakan dengan metode ilmiah nmerujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan kita akan mempunyai sifat kecintaan pada kebenaran yang objektif, tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional, ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka, selalu optimis (Kemendikbud, 2013: 141).
Perancangan skenario pembelajaran berbasis pendekatan saintifik memerlukan hasil riset implementasi di kelas ( Fauziah, Abdullah, dan Lukman Hakim, 2013: 165-178). Menurut Fauziah, Abdullah, dan Lukman Hakim (2013: 165-178) langkah-langkah pembelajaran Scientific Science (Pendekatan Ilmiah): 1) mengamati, membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat); 2) menanya mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati; 3) menalar melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/ aktivitas, wawancara dengan nara sumber; 4) mengolah informasi/mencoba mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; dan 5) mengkomunikasikan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media.
Berdasarkan uraian di atas pendekatan pembelajaran scientific mempuyai pola berpikir yang bertahap yang dimulai dari hasil observasi mahasiswa melalui alat inderanya, yang selanjutnya akan timbul suatu pertanyaan jika objek yang diamatinya, dilihatnya, didengarnya belum dipahami akan menanyakan kepada dosen sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara mahasiswa dan dosen yang akan mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pada proses ini diperlukan 4 kemampuan berbahasa yang terintegrasi pada matakuliah filsafat bahasa. Proses selanjutnya adalah proses menalar yaitu memasukkan suatu informasi tersebut kedalam otak didalam pikran akan dikelompokkan dengan beberapa informasi yang telah terlebih dahulu masuk kedalam memori otak. Peristiwa atau pengalaman yang tersimpan didalam otak tersebut akan berhubungan dan berinteraksi dengan pengalaman yang telah masuk terlebih dahulu proses ini sering disebut dengan proses menalar atau asosiasi. Proses menalar ada dua yaitu induktif yaitu penalaran dari hal-hal individual ke hal-hal umum. Sedangkan penalaran deduktif cara penalaran atau penarikan kesimpulan dari pernyataan umum ke pernyataan khusus.
Proses selanjutnya adalah proses mencoba berfungsi untuk memperoleh hasil belajar yang autentik mahasiswa diberi kesempatan untuk mencoba hasil dari proses penalaran terutama matakuliah filsafat bahasa yang memerlukan kegiatan mencoba untuk diaplikasikan dalam bentuk tulisan dan kemampuan bicara. Proses selanjutnya adalah menyebarluaskan hasil observasi yang telah dinalar dan dicoba menghasilkan suatu hasil atau produk yang harus disebarluaskan melalui jurnal ilmiah, artikel disurat kabar, buletin kampus, prosiding, dan kegiatan seminar. Dengan pembelajaran Scientific yang mengededepankan suatu proses terbentuknya sebuah teori atau hasil karya dari mahasiswa yang pada akhirnya akan sangat diperlukan mahasiswa dalam memenagi kompetisi di dunia yang sudah mengglobal.
2.1.2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut (Kesuma, Triatna, dan Permana, 2011: 5) pendidikan karakter mengandung makna: 1) pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran semua mata pelajaran; 2) diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh, dengan pertimbangan manusiawi bahwa pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan; dan 3) penguatan tersebut sangat tergantung pada visi dan misi sekolah. Berdasarkan pendapat di atas sangatla jelas bahwa pendidikan karakter bukan untuk mengajarkan kepada mahasiswa nilai baik dan buruk. Melainkan menanamkan suatu kebiasaan yang baik bagi mahasiswa sehingga akan menjadi tahu aspek kognitif tentang suatu kebenaran dan merasakannya nilai kebenaran tersebut yang akan menjadi suatu kebiasaan.
Dengan kata lain pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action) (Lickona, 1996: 96). Dengan kata lain setiap persoalan yang memerlukan suatu pemecahan masalah harus terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan suatu kajian teori yang harus disaring atau difilter terlebih dahulu dengan hati nurani yang pada akhirnya akan menumbukan rasa cinta kepada moral yang akan mewujudkan dalam setiap tindakan. Karakter menurut Kamus Besar Bahasa indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang.
Selain itu juga menurut Suyanto dalam Suharjana (2011: 26) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian karakter sangat penting dimiliki oleh mahasiswa dalam rangka kompetisi di era globalisasi yang membutuhkan karakter pantang menyerah, bekerja keras, religiusitas. Dengan mempunyai karakter yang kuat diharapkan mahasiswa mampu untuk beradaptasi dalam segala aspek kehidupan dengan cepat bisa menyelesaikan masalah sehingga akan menjadi pilar-pilar bangsa yang sangat dibutuhkan dalam masa kini yang membutuhkan insan yang cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, mampu bekerjasama, empati, ikhlas, dan religius.
1.1.3. Modul
Menurut Wayan Santyasa (2009) modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Dengan demikian modul harus perpedoman pada kurikulum 2013 yang berbasis pendidikan karakter dengan pendekatan Scientific. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi kuliah, synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada peserta didik keterkaitan antara: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang terkandung dalam Materi kuliah (Wayan Santyasa, 2009). Untuk itu sebelum kita mengembangkan modul maka tahapan yang tak kalh pentingnya adalah melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar terdahulu dengan menggunakan modul yang lalu.
Menurut Wayan Santyasa (2009) untuk merancang materi modul terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari dari proses belajar mengajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Dengan demikian sebelum kita membuat atau mengambangkan modul harus melalui tahapan berpikir yaitu pembentukan konsep, interpretasi konsep dalam bentuk bahasa tulis, dan aplikasi prinsip dalam bentuk uji coba. Berdasarkan uraian tersebut untuk mengembangkan modul harus menguasai materi yang akan kita buat atau kembangkan dan sudah pernah digunakan untuk melakukan pembelajaran di kelas.
Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan di luar maupun di dalam negeri dengan sistem belajar bermodul. Pada hakikatnya proses belajar bermodul akan mempermudah proses belajar mahasiswa walaupun tproses belajarnya tidak menggunakan tatap muka. Dewasa ini telah banyak digunakan oleh lembaga yang peserta didiknya telah bekerja karena keterbatasan waktu maka mereka hanya memberi modul. Menurut Wayan Santyasa (2009) modul mempunyai tujuan pembelajaran yaitu: memperpendek waktu yang diperlukan oleh mahasiswa untuk menguasai tugas mata kuliah, menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan mahasiswa dalam batas-batas yang telah disepakati untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur. Dengan menggunakan modul maka materi kuliah akan lebih banyak yang diberikan kepada mahasiswa dan efektifitasnya dapat diandalkan sehingga akan mempermudah untuk mencapai standar yang telah ditentukan.

2.2. Penelitian yang Relefan
Penelitian yang berjudul ”Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah” oleh Resti Fauziah, Ade Gafar Abdullah, Dadang Lukman Hakim dalam Invotec, Volume IX, No.2, Agustus 2013: 165-178, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Implementasi kurikulum baru sangat menonjolkan pendekatan saintifik dengan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Perancangan skenario pembelajaran berbasis pendekatan sceintifik memerlukan hasil riset implementasi di kelas. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran elektronika dasar di Sekolah Menengah Kejuruan. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran bercirikan pembelajaran saintifik, mengadopsi pendekatan problem based learning. Penelitian ini menghasilkan RPP berbasis pendekatan saintifik melalui model problem based learning, dan mendapat tanggapan positif dari guru dan peserta didik, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan hard dan soft skill peserta didik

2.3. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan Agoes Hendriyanto dengan Nimas Permata Putri dengan judul “Peningkatan Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Dan Penggunaan Media Gambar Pada Mata Kuliah Filsafat Bahasa”. Hasil penelitian Pendidikan Karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan salah, tetapi menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, dapat meningkatkan Kualitas Pembelajaran terlihat dari hasil angket tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap dosen dengan capaian sebesar 71 %. merasakan, menghayati, dan mengamalkan. Hasil penelitian didapatkan Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing dan Penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara mendalam dan sistematis mengenai bahasa dapat dilihat dari meningkatnya hasil pre test 2.33 menjadi 2.8 pada nilai akhir.

BAB 3. METODE PENELITIAN 
3.1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pacitan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester ganjil 2014/2015, Semester ganjil 2015/2016, dan semester ganjil 2016/2017 pada matakuliah Filsafat Bahasa.
3.2. Langkah-Langkah Penelitian 
Menurut Sugiyono (2011: 298), langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Publikasi lewat Jurnal, Media. Untuk tahun pertama langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain. Untuk tahun kedua langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut: (1) Ujicoba produk, (2) Revisi produk, (3) Ujicoba pemakaian, (4) Revisi produk, dan (5) Publikasi lewat Jurnal, Media
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah: Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang proses pembelajaran ; Observasi langsung dipusatkan pada proses, hasil tindakan, dan peristiwa yang melingkupinya untuk memantau proses dan hasil pembelajaran yang telah diberi tindakan (mahasiswa, observasi dosen, dan observasi proses pembelajaran); tes angket kepribadian, tes lisan, tes tulis; dan analisis dokumen dari nilai pada semester satu mata kuliah Filsafat Bahasa dilakukan dengan cara menganalisis silabus, materi yang digunakan, lembar observasi mahasiswa dan dosen, daftar nilai, serta hasil wawancara
3.4. Metode Penelitian Tahun 
Pertama Untuk tahun pertama penelitian dan pengembangan ini : (1) menemukan potensi dan masalah dengan jalan Studi Literatur dan observasi Penelitian terdahulu tentang pembelajaran Filsafat bahasa dengan objek Metode Analisis Kondisi Pembelajaran Analisis tujuan dan karakteristik Filsafat bahasa; Analisis Buku Ajar Filsafat Bahasa; Menetapkan Kompetensi Dasar dan
3.4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian pengembangan ini adalah mahasiswa program studi Bahasa Indonesia STKIP PGRI Pacitan. Sampel penelitian adalah mahasiswa yang mengambil matakuliah filsafat Bahasa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan berasal dari: 1) Hasil tulisan mahasiswa baik dalam bentuk tulisan di buku folio, soft copy artikel ilmiah, serta soft copy artikel ilmiah yang diikutkan ke lomba artikel; 2) Kemampuan membaca dan berbicara mahasiswa pada saat presentasi karya ilmiahnya; 3) Sikap mahasiswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran; 4) Dokumen baik gambar foto kegiatan dan sumber data dokumen berupa (daftar nilai mahasiswa dari observasi awal hingga akhir tindakan, data aktivitas mahasiswa dan dosen, serta data hasil wawancara mahasiswa dan dosen) serta; dan 5) Semua peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran menulis Ilmiah.
3.4.3. Validitas Data
Validitas data dilakukan untuk dapat mempertanggungjawabkan penelitian secara ilmiah. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua teknik. Dua teknik tersebut ialah triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Triangulasi metode dilakukan bertujuan untuk menggali data dari berbagai sumber data dengan cara wawancara. Berdasarkan informasi tersebut dapat dibandingkan dan ditarik simpulan sementara mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan cara menggali data yang sama dari berbagai sumber, sehingga kebenaran data tersebut dapat diketahui.
3.4.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis, ditujukan untuk data kualitatif, yaitu untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran Filsafat Bahasa dengan metode pembelajaran Scientific dan Modul Filsafat Bahasa. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar untuk menyusun RPP dan silabus untuk pengembangan Model Scientific dan Modul Filsafat Bahasa(Suwandi, 2011: 66).
3.5. Metode Penelitian Tahun Kedua
Selain itu rencana pengembangan tahun kedua yakni mengimplementasikan Model Scientific dan Buku ajar Filsafat Bahasa dalam skala luas untuk menyempurnakan produk tersebut sehingga model Scientific dan Buku Ajar Filsafat bahasa dapat meningkatkan kemampuan berpikir analisis mahasiswa terhadap persoalan yang berhubungan dengan bahasa baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Berdasarkan gambar 3 pada tahun kedua ini dilakukan langkah proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan. Penelitian pada tahun kedua ini menggunakan uji ahli dibidang Pengajaran dan Modul. Setelah diuji ahli pada tahap selanjutnya dilakukan penelitian tindakan kelas untuk uji coba draf Metode Scientific dan Modul Filsafat Bahasa untuk dianalisis dan direfisi. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli pengajaran dan modul, dan uji coba lapangan dengan eksperimen secara terbatas sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Wayan Santyasa, 2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
3.5.4. Validitas Data
Validitas perlakukan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah; validitas internal dan validitas eksternal (Sumanto, 1995: 116). Kedua validitas ini digunakan untuk menjaga kesahihan penelitian. Validitas internal dilakukan dengan mengontrol beberapa variabel ekstra, yaitu; (1) mencegah kejadian khusus yang dapat memengaruhi subjek selama perlakuan; (2) menghindarkan kehilangan subjek dalam perlakuan; (3) memperketat administrasi tes; (4) mencegah timbulnya kejadian-kejadian tertentu; (5) mencegah instrumen yang tidak reliabel.
Validitas eksternal ditempuh dengan melakukan kontrol terhadap sampel sesuai karakteristik populasi dan menetapkan kelas perlakuan secara acak. Selain itu, dilakukan juga kontrol dengan tidak memberitahu siswa bahwa mereka sedang menjadi objek penelitian, serta mempertahankan suasana kelas seperti apa adanya (alamiah) dan tidak mendambakan harapan-harapan khusus.
3.5.6. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferansial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing-masing variabel. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian secara inferensial ini ialah teknik analisis Varian Dua Jalan ( ANAVA Two Way )
Pada taraf signifikansi α = 0,05. Jika hasil menunjukkan adanya perbedaan dan interaksi, maka analisis dilanjutkan dengan uji Tuckey.
3.5.7. Instrumen Penelitian 
Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrumen penelitian yang perlu disiapkan sebagai berikut. Untuk mengukur kompetensi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran filsafat bahasa dengan menggunakan hasil dari pengembangan model Scientific dan modul filsafat bahasa pada peneltian tahun kedua ini dilakukan uji produk dengan penelitian eksperimen dengan membandingkan antara kelas kontrol dengan kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan produk baru. Adapun alat yang digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen lebih baik tingkat kemampuan analisis bahasanya yang meliputi kemampuan menyimak, menulis dan berbicara. Instrumen Kemampuan Menyimak menyimak dalam rancangan instrumen ini mengacu pada buku yang disusun oleh Burhan Nurgiyantoro, meliputi; 1) pemahaman informasi yang berupa fakta, keadaan, maupun peristiwa; 2) pemahaman arti kata; 3) pemahaman istilah dan ungkapan; 4) pemahaman hal-hal yang berkaitan dengan bahan simakan; 5) pemahaman informasi tersirat.
Instrumen Kemampuan Berbicara menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 419-420) menjelaskan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan berbicara dengan menggunakan tes kinerja dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu: (1) keakuratan dan keaslian gagasan, (2) ketepatan berargumentasi, (3) keruntutan penyampaian gagasan, (4) pemahaman, (5) ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, (7) ketepatan stile penuturan, (8) kelancaran dan kewajaran, dan (9) kebermaknaan penuturan.
Instrumen kemampuan Menulis digunakan untuk menjaring data kompetensi menulis deskripsi serta untuk mengetahui seberapa kompetensi menulis deskripsi siswa. Dimensi yang diukur dalam kompetensi membaca meliputi: (1) pemahaman literal, (2) reorganisasi, (3) simpulan, (4) prediksi, (5) evaluasi, dan (6) respon individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar