Selasa, 14 Oktober 2014

BAHASA TRANSFORMASI

BAB III
BAHASA TRANSFORMASI
SEBAGAI DASAR KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
A.    Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca bab ini, diharapkan Saudara dapat:
1.      menjelaskan bahasa;
2.      menjelaskan kompetensi dan performansi;
3.      menjelaskan kreativitas bahasa;
4.      menjelaskan komponen bahasa;
5.      menjelaskan bahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik.


B.     Bahasa
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, jika orang bertanya apakah bahasa itu, maka jawabannya dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Jawaban seperti, bahasa adalah alat untuk menyampaikan  isi pikiran, bahasa adalah alat untuk berinteraksi, bahasa adalah alat untuk mengekspresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan, semuanya dapat diterima.
Bahasa adalah salah satu karunia Allah swt yang diberikan kepada manusia, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang memiliki kemampuan berbicara selain manusia. Bahkan, dalam kajian ilmu Mantiq, manusia dikenal sebagai Hayawaanun Naathiqun atau hewan yang bias berbicara. Sehingga manusia tak dapat lepas dari bahasa, ketika mereka berinteraksi dengan manusia
yang lain. Bahasa adalah tingkah laku manusia melalui ucapan dan telah lama menjadi objek studi dan penyelidikan para ahli psikologi. Seperempat abad yang lampau para psikolog tersebut lebih menaruh perhatiannya kepada bahasa, ketika diadakan penelitian penelitian baru dalam lapangan psikofisiologis dan neurofisiologis yang memungkinkan untuk mengadakan pendekatan lebih baik terhadap mekanisme bahasa. Dengan demikian timbullah cabang ilmu baru, yaitu psikolinguistik
Definisi lain yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1983) yaitu: Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2003 : 32). Mengenai definisi ini, Chaer (2003: 33-43) lebih lanjut menjelaskan sebagai berikut.
1.    Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional. Ibarat sebuah sepeda yang berfungsi ialah kalau unsur-unsurnya atau komponen-komponennya (seperti roda, sadel, kemudi, rantai, rem, lampu, dan sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau pada tempatnya. Kalaulah komponen-komponen pada sepeda tadi tidak beraturan atau tidak sesuai dengan tempatnya maka susunan itu tidak membentuk sebuah sistem yang berfungsi dengan baik.Demikian pula dengan sistem bahasa yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis berarti, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau sistem bawahan. Diantara sub-subsistemnya antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantic.
contoh berikuit:
-Ayah membeli ayam di pasar
-Ayam pasar di ayah membeli
Pada contoh yang pertama sudah jelas bahwa kalimat ini tersusun dengan benar menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia atau bisa dikatakan sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Sedangkan kalimat yang kedua tidak bisa dipahami karena tidak beraturan atau tidak sesuai dengan sistem bahasa Indonesia.
2.        Bahasa Adalah Bunyi
Dari definisi bahasa yang telah disebutkan, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi dalam artian sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Yang jadi persoalan kini ialah apa yang disebut dengan bunyi? Dan apakah semua bunyi itu termasuk lambang bahasa?
Kata bunyi atau yang kerap kali disebut dengan suara, menurut Kridalaksana (1983) ialah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran dari gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia, sedangkan yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa ialah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Chaer, 2003: 42).
3.        Bahasa Itu Arbitrer
Kata arbitrer artinya sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Namun yang dimaksud arbitrer dalam konteks ini ialah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Meskipun terdapat kata-kata yang termasuk onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi) yang lambangnya memberikan petunjuk dari konsep yang dilambangkannya. Seperti kata (kukuruyuk) yang menunjukkan tiruan bunyi ayam jantan dalam bahasa Indonesia, ternyata dalam bahasa Sunda berbunyi (kongkorongok); bunyi letusan senjata api yang dalam bahasa Indonesia berbunyi (dor), (dar), atau (tar), ternyata dalam bahasa Inggris berbunyi (bang). Begitu juga bunyi meriam, (jlegur) dalam bahasa Indonesia sedangkan dalam bahasa Inggris berbunyi (blam).
Ada ciri-ciri khusus yang membedakan bahasa manusia dan bahasa binatang, yaitu sebagai berikut:
1.  Bahasa manusia memiliki ketergantungan strukutur
2.  Bahasa dan pemaakai bahasa itu kreatif.
3.  Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan.
4.  Bahasa memiliki sturktur ganda yang dinamakan struktur batin dan struktur lahir.
5.  Bahasa diperoleh secara turun temurun dari sati generasi ke generasiyang lain.
6.  Hubungan antara kata dengan benda, perbuatan atau keadaan yang dirujuknya itu arbitrer.
7.  Bahasa memiliki pola adualitas.
8.  Bahasa memiliki semantisitas.
Dalam bagian ini dikemukakan lima hal yang berkaitan dengan tata bahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik, yakni (1) batasan tatabahasa, (2) kompetensi dan performansi, (3) kreativitas bahasa, (4) komponen tatabahasa, dan (5) tatabahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik.

  1. Kompetensi dan Performansi
       Kompetensi (competence) merupakan pengetahuan yang dipunyai oleh pemakai bahasa tentang bahasanya. Kompetensi atau kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang kaidah-kaidah bahasa. Pengetahuan ini diperoleh secara tidak sadar (alamiah), secara diam-diam, secara intrisik, implisit, intuitif, dan terbatas. (Palmaater dalam Tarigan, 1985: 11 dan Kaseng, 1991: 9). Kompetensi merupakan informasi yang tersedia bagi pembicara asli yang lancer berkenaan dengan bahasanya, sehingga memungkinkan dia megerti dan mengahsilkan sejumlah kalimat yang belum pernah di dengar atau diucapkan sebelumnya, membedakan antara kalimat yang meragukan dengan yng tidak meragukan yang bersinonim dengan yang tidak bersinonim, yang gramatikal dan yang tidak gramatikal, dan sebagainya. Kompetensi merupakan sistem kaidah yang abstrak dan terbatas yang mendasari perilaku linguistik si pembicara yang memungkinkan ia menganalisis serta mesistesikan secara tepat hubungan bunyi-arti sejumlah kalimat yang tidak terbatas. Aspek-aspek kompetensi yang terksit dengan ilmu bahasa.
1.       Sistem Bunyi (Fonologi)
Bahagian kompetensi seseorang yang berkenaan dengan fonologi bahasa. Apabila anda mendengarkan atau mencoba mempelajari sebuah bahasa asing, anda akan menyadari bahwa bahasa tersebut memiliki bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa anda. Contoh, dalam bahasa Arab terdapat bunyi asing, seperti: ……; dalam bahasa Inggris: [ph], [th]; dalam bahasa Belanda: [x], [ui], bahasa Jawa: [t], [d]; dalam bahasa Jerman: [u], [8].
       Akan anda kenali juga bahwa terdapat rangakaian bunyi bahasa yang posisinya berbeda dengan bahasa Anda. Nama-nama seperti Ptah dan  Ptolemi bagi orang Indonesia akan cenderung membuang (p) atau menyisipkan sebuah vokal (e) antara p dan t. Kata-kata Indonesia seperti makan dan  jangan oleh orang Bugis dan orang Makassar akan terealisasi dalam ucapan dengan mengganti (n) dengan (ng).
1.      Morfologi
Pembicaraan terdiri atas tuturan yang tidak terputus, sering tidak dapat dikenali batas-batas fisik antara satu kata dengan kata lain. Akan tetapi, kita dapat menguraikan tuturan dalam deretan kata-kata tanpa mengalami kesulitan. Dalam contoh-contoh di bawah ini (dalam bahasa Inggris dan bahasa Navako), kita dapat menguraikan (a) menjadi (b), tetapi tidak ada penutur bahasa Inggris akan menguraikan menjadi (c). Selanjutnya, perhatian kalimat bahasa Navako (d) yang berarti sama dengan kalimat bahasa Inggris, tetapi menguraikan kalimat (d) adalah susah bagi penutur bahasa Navako.
1)      Hewenttotownonhhishorse
2)      He went to town on his horse
3)      *hew entot ow nonh is hor se
2.      Sintaksis
Dalam kalimat-kalimat berikut akan dibedakan kalimat yang tersusun secara benar, yakni kalimat gramatikal yang berdiri sejajar dengan kalimat yang tidak gramatikal.
1)      Kehadiran mereka saya Anda
2)      Kehadiran Anda saya meminta
3)      Saya meminta kehadiran Anda.
Hanya kalimat (3) yang gramatikal, kalimat (1) adalah kata yang tersusun tanpa aturan, kalimat (2) menyalahi kaidah bentuk kata kerja, yang seharusnya saya minta.
Perlu pula dibedakan antara kalimat yang gramatikal, yaitu yang tersusun secara baik secara struktur dan kalimat yang tersususn baik secara semantik. Jika kita perhatikan kalimat-kalimat berikut, maka :
4)      Ia berdiri sambil minum kopi
5)      Ia minum kopi sambil berdiri
Kalimat (4) tersusun secara gramatikal, tetapi secara semantik agak janggal; kalimat (5) tersusun secara baik dilihat dari struktur dan semantik.
3.       Semantik
Bagian kompetensi linguistik seseorang adalah kesaggupan menentukan makna. Dengan kompetensi tersebut, orang dapat menentukan kalimat-kalimat mana yang memiliki lebih dari satu pengertian. Contoh:
1)      Menteri Agama mengumumkan keselamatan jemaah haji di tanah suci.
2)      Penemuan misterrius penjahat itu menjadi buah mulut masyarakat beberapa tahun lalu
3)      Isteri tukang becak yang nakal itu sudah pergi
4)      Kuda itu sudah siap untuk naik gunung.
Dengan kompetensi linguistik itu pula, orang dapat mengetahui bahwa kalimat-kalimat yeng berbeda bentuk kata atau struktur yang menunjukkan hal yang sama. Contoh :
1a)  Ahmad seorang pemuda belum kawin
1b)  Ahmad seorang bujangan.
2a)  Guru mengantar murid ke pabrik semen Tonasa
2b)   Murid diantar guru ke pabrik semen Tonasa.

  1. Penggunaan Bahasa
Kemampuan membedakan jenis-jeis ujaran yang sesuai dengan situasi, lawan bicara, dan tempat pembicaraan termasuk pula bagiab kompetensi bahasa.
 Performansi (performance) pemakaian bahasa dalam keadaan yang nyata atau sebenarnya. Chomsky mengatakan bahwa performansi adalah teori penggunaan bahasa yang tidak termasuk ke dalam teori linguistik dalam pengertian yang lebih sempit, namun cenderung kepada suatu cabang khusus psikologi. Walaupun tidak dapat disangkal akan ketergantungannya pada teori linguistic, yang dikaji atau diteliti secara khusus adalah mekanisme-mekanisme psikologi yang menentuka aplikasi atau penerapan kompetensi linguistic.
            Performansi adalah pemakaian bahasa itu sendiri di dalam keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain, performansi merupakan tutur yan aktual. (Silitonga, 1976: 120 dalam Tarigan, 1985: 12 dan Kaseng, 1991: 9). Performansi linguistik mengacu kepada proses-proses kognitif, kesadaran, dan pengertian yang dipergunakan oleh seseorang di dalam penggunaan pengetahuan linguistiknya secara aktual.
Performansi linguistik mengacu kepada proses-proses kognitif, kesadaran, dan pengertian yang digunakan oleh seseorang dalam penggunaan pengetahuan linguistiknyya secara aktual. Dengan kata lain, performansi linguistik menunjuk kepada perangkat keterampilan dan strategi yang dipergunakan oleh si pemakai bahasa sebaik dia menerapkan kemampuan lingustiknya di dalam produksi dn komprehensif kalimat-kalimat yang sesungguhnya di dalam pembentukan serta pemahaman kalimat-kalimat yang sesungguhnya. (Cairns dan Cairin, 1967 dalam Tarigan, 1985: 12).

  1. Kreativitas bahasa
Kreativitas bahasa (language creativity) atau produktivitas bahasa (language productivity) merupakan ciri keuniversalan bahasa. reativitas atau produktivitas merupakan ciri bahasa yang universal dan Chomsky selalu menekankan adanya kesemestaan bahasa, universalia bahasa atau “linguistic universals” atau “language universals” (Silitonga, 1976:121).
Kreativitas lingusitik mempunyai 4 aspek, yaitu:
  1. Keterbatasan ekspresi linguistik
  2. Relatif bebas dari pengawasan stimulus
  3. Keserasian ujaran dengan keadaan
  4. Kesanggupan mencipta kosakata baru.
 Aspek keempat dari kreativitas linguistik adalah kemampuan mencipta kosa kata baru. Cara untuk membentuk kata-kata baru ada bermacam-macam, diantaranya:
  1. Dengan penggabungan kata-kata atau bagian-bagian kata yang sudah ada sebelumnya.
  2. Dengan jalan mengganti makna kata-kata yang telah dipergunakan sebelumnya.
  3. Dengan jalan meminjam kata-kata dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
  4. Dengan jalan menciptakan kata-kata baru, yang sebelumnya belum pernah ada.
Dalam hal ini sistem bahasa sebagai satuan kognitif nampak ketika setiap orang yang normal dalam jangka waktu yang tidak tentu menganggap ucapan-ucapan baru sebagai ucapan-ucapan yang wajar.
 Kreativitas bahasa memiliki empat aspek, yakni:
  1. ketakterbatasan ekspresi lunguistik,
  2. relatif bebas dari pengawasan stimulus,
  3. keserasian ujaran dengan keadaan, dan
  4. kesanggupan mencipta leksikon baru (Cairns & Cairns, 1976:8).
  1. Komponen Tata bahasa
Tata bahasa (grammar) merupakan seperangkat maujud yang dikuasai oleh kaidah bersusun (ordered rules) atau kaidah modifikasi (modification of rules). Tata bahasa berkaitan dengan tiga komponen: fonologis, sintaktis, dan semantis. Komponen sintaktis (syntactic component) adalah sentral. Di dalamnya berisi kaidah (rules) dan leksikon (lexicon) serta relasinya, yang menurunkan adegan batin (deep structure) menjadi adegan lahir (surface structure). Adegan batin dan adegan lahir dihubungkan melalui kaidah transformasi (transformational rules). Komponen semantis (semantic component) diasosiasikan secara mendasar pada adegan batin, yang menghasilkan representasi semantis (semantic representation).
Komponen fonologis (phonological component) diasosiasikan secara mendasar pada adegan lahir, yang menghasilkan representasi fonetis (phonetic representation).
1.      Komponen Sintaktis
Sintaksis adalah telaah mengenai prinsip dan proses yang digunakan untuk membangun kalimat dalam bahasa tertentu (Chomsky, 1957:11);
1)      Komponen tata bahasa transformasi, yang menurunkan abstraksi yang mendasari penanda frasa melalui Kaidah Struktur Frasa (KSF) dan
2)      Penanda frasa turunan melalui Kaidah Transformasi;
3)      Sistem dasar yang menurunkan struktur, dan merupakan sistem transformasi yang memetakan struktur batin menjadi struktur lahir (Palmatier, 1972:117).  
Kaidah struktur frasa (KSF) adalah suatu formula instruksi, baik yang bebas konteks maupun terikat konteks, obligatori maupun opsional, disengaja maupun tidak (Chomsky, 1957:29, 33).
a. Kalimat Inti
Kaidah struktur frasa berada dalam kalimat inti. Ciri utama kalimat inti berupa kalimat (a) sederhana, (b) aktif, (c) afirmatif, dan (4) deklaratif, yang dapat disingkat Ki SAAD.
Contoh: Saya membeli buku.
b. Kalimat Transformasi
Transformasi ialah proses pembentukan unsur bahasa dari struktur dasar ke struktur turunan. Setiap kalimat yang bukan kalimat inti, disebut kalimat transformasi. Ada lima kaidah transformasi, yakni;
(1)   Transformasi tunggal: Penambahan keterangan waktu, tempat, cara,
(2)   Modalitas: Penambahan ingkar, tanya, optatif, suasana, aspek,
                                                             a.      seruan, kelanjutan
b.      Pengurangan: perintah, pelesapan umum
c.       Penggantian: pronomina, penanya, pemendekan
d.      Transformasi sematan: klausa relatif, pelengkap (FN, FV,
(3)   FA, Fnu, FP)
(4)   Transformasi rapatan: aditif, akibatan, andaian,
(5)   alternatif, sandingan, dubiatif, eksesif, eksklusif, hasilan, jelasan, konsesi, kontras, korelatif, lanjutan, lebihan, misalan, mulaian, optatif, sebaban, serempakan, simpulan, sudahan, syaratan, tak serasian, tegasan, tujuan, usahan, waktu;
1)      Transformasi fokus: subjek, objek, kalimat Tanya;
2)      Transformasi khusus: predikat, takrif, nominalisasi
(6)   (bahwa, yang), gerundif, -nya, dan ada yang.
2.      Komponen Fonologis
Komponen fonologis meliputi (1) jenis fonetik: artikulatoris, akustis, dan auditoris; (2) produksi bunyi bahasa (proses aliran udara, fonasi, artikulasi, dan oro-nasal), (3) fonem segmental (vokal, konsonan, dan semi-vokal) dan fonem suprasegmental (prosodi), (4) fonotaktik (distribusi, deretan foenm, penyukuan). Berikut ini vokal dan konsonan dalam bahasa Sunda.
Vokal:  i eu u E e o a
Konsonan: Konsonan bila- labio- den alveo- pal vel glo lari-bial dental tal
  1. hambat: (tbs) p t c k ?
  2. (bs) b d j g
  3. frikatif (tbs) f s sy x h
  4. (bs) v z kh
  5. trill (bs) r
  6. lateral (bs) l
  7. nasal (bs) m n ny ng
  8. semivokal (bs) w y
Unsur prosodi: intonasi (jangka, tekanan, jeda, irama)
3.      Komponen Semantis
Komponen semantis berkaitan dengan makna dan ciri-ciri semantis. Struktur batin suatu kalimat memuat informasi yang diperlukan untuk menafsirkannya secara semantik (Fodor & Katz, 1964; Katz & postal, 1964). 18
Ciri-ciri semantis atau fitur semantis (semantic feature) berkaitan dengan analisis makna suatu butir leksikal. Misalnya:
  1. nomina: bernyawa (insan, flora, fauna)-- tak bernyawa,
  2. konkret -- abstrak, terbilang -- tak terbilang,
  3. kolektif -- bukan kolektif
    1. verba: aksi, proses, keadaan
    2. adjektiva: watak, bentuk, ukuran, waktu & usia, warna,
  4. kuasa tenaga, kesan indera.
a.       numeralia: jumlah, urutan, tingkat.
b.      tugas: -- ingkar, kuantitas, pembatas, penanda
c.       aspektualitas, modalitas
d.      kualitas (positif, intensif, elatif, eksesif, atenuatif,
  1. augmentatif; ekuatif, komparatif, dan superlatif) aditif, alterantif, kontrastif, waktu, pengandaian,
  2. penegasan,
A.     Latihan
Jelaskan pertanyaan berikut ini!
1) Bagaimana menurut pendapatmu tentang tata bahasa!
2) Apakah persamaan dan perbedaan kompetensi dan performansi!
3) Apakah yang disebut keuniversalan bahasa?
4) Sebutkan komponen tata bahasa transformasi! Sebutkan hubungan di antara komponen-komponen itu!
5) Apakah yang disebut fitur semantis itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar