LANJUTAN MODUL 2
FILSAFAT BAHASA STKIP PGRI PACITAN
SEMESTER GENAP 2014 / 2015
Berdasarkan pendapat (Boechari
1966: 241-248) prasasti tersebut sebagai berikut ini.
1)
Prasasti yang mempergunakan Bahasa Sanskerta:
Prasasti Mulawarman di
Kutai tahun 400 M; Prasasti Kebon Kopi
di Ciampea Bogor tahun 400 M; Prasasti Tugu
Kampung Batutumbu Desa Tugu Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi abad ke-5 M; Prasasti Cidanghiyang atau
Prasasti Munjul di Desa Lebak, Kecamatan
Munjul Kabupaten Pandeglang Propinsi
Banten abad ke-5; Prasasti Ciaruteun Ciampea Bogor; Prasasti
Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara, Ciampea, Bogor tahun 536; Prasasti
Jambu, Nanggung, Bogor, abad ke-5; Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea,
Citeureup, Bogor; Prasasti Tukmas, Dakawu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah tahun
500; Prasasti Canggal, Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang,
Jawa Tengah tahun 732; Prasasti Tri Tepusan, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah 842 M;
Prasasti Mula Malurung, Kediri, 1255; Prasasti Wurare, Kandang Gajak,
Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, 1289 M
2)
Prasasti yang mempergunakan Bahasa Melayu, baik bahasa Melayu Kuna
maupun Melayu Klasik (Pertengahan):
Prasasti Sojomerto, Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, awal abad ke-7 paling
tua; Prasasti Kedukan Bukit, Palembang,
Sumatera Selatan, 16 Juni 682 M ; Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera
Selatan, 23 Maret 684 M; Prasasti Kota
Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686 M; Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga,
Jawa Tengah abad ke-6 atau ke-7;
Prasasti Karang Brahi, Karangberahi, Jambi, abad ke-7; Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatera
Selatan, abad ke-7; Prasasti Palas Pasemah, Palas,Lampung, abad ke-7; Prasasti
Raja Sankhara, Sragen, Jawa Tengah, abad ke-8 (kini hilang); Prasasti Kayumwungan, Karangtengah,
Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna); Prasasti Gandasuli I dan II, Candi Gondosuli,
Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832 M; Keping Tembaga
Laguna, Manila, Filipina, 900 m; Prasasti Hujung Langit, Hujung Langit,
Lampung, 997 M; Prasasti Dewa Drabya,
Dieng, Jawa Tengah; Prasasti
Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M; Prasasti Terengganu, Trengganu (Malaysia),
(abad ke-14, yaitu 1303, 1326 atau 1386); Prasasti Minyetujoh, Minye Tujuh,
Aceh, 1380.
3)
Prasasti-prasasti berikut berbahasa Jawa, baik Jawa Kuna (Kawi) maupun
Baru:
Prasasti Plumpungan,
Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah,
24 Juli 750M; Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret
804 M; Prasasti Kayumwungan,
Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah (dwibahasa), 824 M; Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua
Jawa), 856; Prasasti Taji, 901; Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh, Magelang
Utara, Jawa Tengah, 11 April 907;
Prasasti Rukam, 907; Prasasti
Wanua Tengah III, 908; Prasasti Wurudu
Kidul, tanpa tahun 922; Prasasti Mula Malurung, Kediri, 1255; Prasasti
Sarwadharma, pemerintahan Kertanegara, 1269;
Prasasti Sapi Kerep, Desa Sapi Kerep, Sukapura, Probolinggo, 1275;
Prasasti Singhasari 1351, Singosari, Malang, Jawa Timur, 1351; Prasasti
Ngadoman, Ngadoman (Salatiga), Jawa Tengah, 1450; Prasasti Pakubuwana X, Surakarta, Jawa
Tengah, 1938.
4)
Bahasa Bali:
Prasasti Blanjong, Sanur,
Bali, 913 (dwibahasa, Bali Kuna dan Sanskerta);
Prasasti Bebetin, Sawan, Buleleng, Bali, 1049 (salinan dari asli yang
berasal dari tahun 896); Prasasti Pandak
Badung, Tabanan, Bali, 1071;
5)
Bahasa Sunda:
Prasasti Astana Gede, Kawali, Ciamis, Jawa
Barat tahun 1350; Prasasti Batutulis,
Bogor tahun 1533; Prasasti Kebantenan, Bekasi, Jawa Barat tahun 1521; Prasasti
Galuh, Galuh, Ciamis, Jawa Barat tahun 1470;
Prasasti Rumatak, Geger Hanjuang, desa Rawagirang, Singaparna,
Tasikmalaya, Jawa Barat tahun 1111; Prasasti Cikajang, Cikajang, Garut, Jawa
Barat; Prasasti Huludayeuh, Huludayeuh, desa Cikalahang, Cirebon, Jawa
Barat; Prasasti Ulubelu, Lampung;
Prasasti Cikapundung, prasasti yang diduga dari abad ke-14, Bandung, Jawa Barat
6)
Bahasa Portugis:
Padrão Sunda Kelapa, Pasar
Ikan, Jakarta Utara, 21 Agustus 1522
Berdasarkan uraian di atas
sangatlah jelas bahwa peran dari bahasa memegang peran yang sangat besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu.
Peran Raja dan kaum Bangsawan sangat dominan dalam mewujudkan aturan
tentang bahasa yang dipergunakan oleh seluruh masyarakatnya. Dengan demikian posisi seorang Raja pada masa
itu sangat strategis yang memerlukan pendidikan yang mempergunakan bahasa
sebagai subyek dan objek dalam rangka peningkatan kompetensi seorang raja. Pada masa itu raja merupakan posisi tertinggi
yang ada di suatu daerah di ndonesia yang wilayahnya bisa luas sangat
tergantung dari kecakapan rajanya.
Semakin tinggi tingat kecakapan raja maka wilayahnya semakin luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar