MODUL 2
PERKEMBANGAN
FILSAFAT BAHASA
BAGIAN
PERTAMA
HAKIKAT
FILSAFAT BAHASA
A. Pendahuluan
Semangat luar bisaa! Anda telah
menyelesaikan modul pertama yang membahas tentang berbagai metode pembelajaran scientific. Penulis berharap pemahaman
yang tuntas tentang materi yang disajikan pada modul tersebut dapat membantu
dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model scientific.
Dengan demikian penulis
mengharapkan pembaca untuk mulai mempelajari modul kedua. Paparan pada modul
ini juga sangat penting akan membahas tentang perkembangan filsafat bahasa akan
membahas perkembangan filsafat bahasa
dari jaman Yunani, jaman Romawi, jaman pertengahan, dan jaman
Modern. Selain itu membahas tokoh-tokoh
terkenal filsafat bahasa pada jamannya.
Standar kompetensi yang ingin
dicapai setelah mempelajari bab ini sebagai berikut:
1.
Mahasiswa mampu beradaptasi dalam penyelesaian permasalahan
yang kaitannya dengan bahasa;
2.
Mahasiswa menguasai konsep atau teori filsafat
bahasa secara mendalam;
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan persoalan bahasa
dengan logika atau penalaran yang disebut dengan pendekatan ilmiah atau scientific bukan sebatas kira–kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata;
4.
Terjadi interaksi antara dosen dan respon mahasiswa yang bertujuan untuk merubah
arah pemikiran mahasiswa tidak menyimpang dari alur berpikir logis;
5.
Mahasiswa mampu untuk menggunakan metode scientific dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan perkembangan filsafat bahasa dari jaman dulu sampai
sekarang;
6.
Mahasiswa mampu untuk mengaplikasikan penggunaan
bahasa dalam kehidupan nyata dengan mempertimbangkan konsep dan teori yang
telah ada.
Secara umum modul kedua bab 1
ini akan mempelajari: 1) Hakikat Filsafat Bahasa; 2) Perkembangan Filsafat
Bahasa Pada Jaman Yunani; 3) Perkembangan Filsafat Bahasa Pada Zaman Romawi; 4)
Perkembangan Filsafat Bahasa Pada Jaman Pertengahan; 5) Perkembangan Filsafat
Bahasa Pada Jaman Modern.
B. Hakikat Filsafat Bahasa
. Secara
etimologi menurut Sudarsono (2008) istilah filsafat berasal dari: Bahasa Arab
berasal dari kata falsafah; dalam bahasa
Inggris berasal dari kata philosophy. Kedua istilah itu berakar dari bahasa Yunani
yaitu philosophia memiliki dua unsur
yaitu: philein yang berarti cinta dan
sophia yang berarti
kebijaksanaan. Secara keseluruhan dapat
kita simpulkan bahwa pengertian filsafat itu sendiri adalah ilmu mengenai cinta
kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar kebijakan, atau setidaknya
ketika kita belajar filsafat berarti kita belajar atau menjadi manusia yang mencintai
“kebijakan.
Filsafat bahasa menekankan peran bahasa sebagai media
pemikiran dan hubungan manusia dengan
realitas dalam kehidupan (Adrián Slavkovský,R.
Michal Kutáš, 2013). Selain itu
juga arti atau makna kata atau kalimat dalam
penggunaan bahasa, pengetahuan tentang bahasa dan hubungan antara bahasa
dan realitas terutama dijadikan sebagai topik sentral dari filsafat bahasa (Adrián
Slavkovský,R. Michal Kutáš, 2013).
Dengan demikian dalam filsafat bahasa, setiap pemikiran individu selalu menghubungkan
secara tematik peran bahasa yang telah muncul sejak sejarah kuno yaitu dimulai
adanya manusia dan tertulis pada jaman yunani dengan tokohnya Plato,
Aristoteles. Pada dasarnya jangkauan filsafat dalam pemahaman kuno dan
pemikiran para filsuf kuno adalah usaha-usaha intelektual untuk menjawab yang
menjadi permasalahan-permasalahan dengan menggunakan pemikiran filsafat (K.
Bertens, 1976). Filsafat juga mencakup disiplin-disiplin lainnya, seperti
matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, astronomi, dan
biologi dengan tokohnya Aristoteles. Perkembangan filsafat tersebut di atas
tidak terlepas dari penggunaan bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan
yang berupa teori, konsep-konsep yang diwujudkan dalam bahasa tulis dan lisan. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
yang menjadi landasan pengetahuan pada masa kini merupakan wujud dari fungsi dan manfaat dari bahasa.
Dengan demikian bahasa sebagai
sarana untuk mengembangkan gagasan baik ilmu alam, ilmu sosial, matematika,
ilmu kesehatan, ilmu bahasa itu sendiri dengan mempergunakan simbol, lambang
dan tanda yang tersistem yang mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi memerlukan pengkajian
makna atau arti yang tersirat dari tanda, lambang, atau simbol tadi memerlukan
pemikiran filsafat dengan mempergunakan bahasa sebagai alatnya.
Dengan demikian filsafat bahasa merupakan ilmu
gabungan antara linguistik dan filsafat yang menyelidiki kodrat dan kedudukan
bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis
linguistik. Dengan demikian tidak
mempelajarai filsafat berarti kita telah mempelajari filsafat bahasa karena
kajian dari filsafat menggunakan objek bahasa.
Tetapi jika kita mempelajari bahasa belum tentu kita menggunakan
pemikiran filsafat tetapi pada jika kita mempelajari ilmu semiotika atau makna
kata secara otomatis kita mempejari filsafat bahasa. Menurut Kinayati
Djojosuroto (2007: 452) menambahkan bahwa filsafat bahasa merupakan bidang
filsafat khusus yang membahas tentang hakikat bahasa, unsur-unsur pembentuk
bahasa, hubungan bahasa dengan pikiran manusia, hakikat bahasa sebagai sarana
komunikasi dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Pendapat yang sama
filsafat bahasa merupakan: (1) kumpulan hasil pikiran para filosof mengenai hakikat
bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan
metode tertentu, (2) metode berpikir secara mendalam (radik), logis, dan universal mengenai hakikat bahasa (Hidayat, 2009: 13).
Filsafat bahasa merupakan sebuah
kajian teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf pada
saat manusia telah mempergunakan akal pikirannya yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa tulis yang telah berhasil mereka lakukan. Bahasa tulis yang telah dilakukan oleh oleh
manusia pada mas lalu dengan adanya kajian filsafat bahasa sejak jaman Romawi
berhasil mendokumentasikan teori-teori yang berkembang pada masa lalu yang
menjadi dasar kajian pada masa sekarang.
Namun demikian kemajuan kebudayaan terjadi di dunia Barat, China, dan
Jepang sehingga menjadi dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
sekarang yang tidak jauh berbeda dengan masa lalu. Dengan bahasa mereka dapat mengkaji ilmu lain
baik ilmu alam, ilmu sosial, ilmu Ketuhanan, ilmu astronomi, dan sebagainya
yang menggunakan bahasa sebagai sarana kajian.
Walaupun demikian dalam rangka
mencari suatu pemahaman, para filsuf harus mempelajari ilmu lain seperti:
fisika, biologi, matematika, seni, sejarah, teknologi informasi, dan lain-lain.
Dalam memahami suatu makna yang terkandung dalam simbol, tanda, dan lambang
yang tersistem memerlukan pengetahuan yang komplek karena hasilnya merupakan
sebuah kebijaksanaan yang dapat diterima oleh semua pihak. Apalagi menyangkut ilmu hukum atau ilmu
kedokteran yang memerlukan kepastian yang hubungannya dengan kematian atau
nasib manusia. Dengan demikian semakin tinggi resiko yang diambil oleh
seseorang dalam memaknai suatu tanda bahasa maka semakin tinggi kompetensi
seseorang.
Sopir bus pariwisata “Sang Engon”
yang tidak mengindahkan adanya tanda bahwa sejak dinihari jam 03.00 WIB pagi
telah berangkat dari Kota Bojonegoro untuk mengikuti pengajian di Pekalongan
dan dalam perjalanan pulang pada saat melewati Tol Jatingaleh Semarang tidak
dapat mengendalikan busnya akhirnya menabrak pagar pembatas jalan yang akhirnya
terguling menewaskan 16 penumpang.
Berdasarkan peristia tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa jika kita
diberikan suatu amanah jika ada tanda-tanda mengantuk atau lelah maka sebaiknya
kita istirahat sebentar apapun alasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar